Cerita Dewaasa Sedarah - Inilah kisah seks yang hot dan merupakan skandal sedarah. Cerita
hubungan seks antara anak dengan ibu kandungnya sendiri. Cerita yang
disatu sisi sangat menggairkan, namun disisi lain sangat ironis. Namun
semuanya berpulang pada persepsi anda masing-masing. Silahkan simak
selengkapnya cerita persetubuhan dengan ibu kandung berikut ini!
“Jach.., bangun..! Udah makan belon..? Udah jam berapa ini..? Jach..
Jach.. Jach..!” kedengaran suara mami mulai mendekati kamar saya dan
langsung masuk ke kamar saya yang biasanyatidak pernah terkunci.
“Jach..!” mami duduk di tepian tempat tidur dan langsung mengelus kepala
saya, “Yo.. ayo.. bangun Nak Sayang, udah jam 9, kamu mandi gih baru
makan..!”
“Ah.. malas Mam, mau tiduran dulu. Entar aja satu jam lagi ya..!”
“Udah Mami tungguin.., entar kamu bohong lantas tidur satu harian.”
Kemudian saya sedikit menggeser posisi tidur saya supaya mami bisa ikut
tiduran. Sambil tiduran mami mencari-cari majalah yang mau dibacanya.
Saya kelupaan kalau disitu ada Novel yang ceritanya agak hot, dapat
dibilang hanya sekitar seks saja ceritanya. Ya.., terlanjur sudah
keambil oleh mami. Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa
ada perasaan yang lain setelah mami masuk ke dalam kamar saya,
seakan-akan gairah seks saya mulai menjalar menyelimuti tubuh.
Bagaimana ini, repot jadinya, karena kebiasaan saya tidur hanya
menggunakan piyama untuk tidur dan memakai selimut. AC di ruangan kamar
saya mengigilkan badan, dan inilah penyakit saya, kalau situasi dalam
keadaan dingin nafsu langsung naik dan meledak-ledak. Posisi tidur saya
waktu itu persis di samping mami dan bersenggolan dengan pahanya.
Saya perhatikan mami makin serius membaca novel dan maklum tidak pernah
membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya,
“Bapa kemana Mam..?”
“Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran, biasa ngantar Ikan. Paling-paling besok udah pulang.”
“Awas Mam, nanti tidak ada pelampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah.”
“Enggak, Mama cuman pengen tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya.” jelasnya.
Sedikit posisi saya agak memeluk mami, maklum hal ini sering saya
lakukan karena saya anak Mami dan dimanja, jadi hal ini tidak janggal
lagi bagi saya dan mami. Terus entah kenapa, penis saya tepat menempel
di samping kemaluannya, dimana mami saya posisinya agak miring menghadap
saya.
Dengan cuek saya ikutan membaca novel yang dibacanya. Posisi mami
membaca telentang, dan agak miring menghadap saya. Dengan sedikit
menggoyang-goyangkan paha, terjadilah pergesekan antara paha saya dengan
paha mami, dan hal ini tidak pernah kami lakukan. Sesuatu yang janggal
saya rasakan, dimana kalau saya bermanja-manja selalu dalam keadaan
memakai celana pendek, tapi dalam keadaan saya sekarang hanya
menggunakan piyama tanpa memakai apa-apa, dan perasaan ini tidak pernah
saya rasakan sebelumnya. Mungkin ada setan yang melanda diri saya,
batang kemaluan saya pun mulai membesar, dan mungkin mami merasakan itu,
tapi dia tidak menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Sekilas
saya melihat ke paha mami, dasternya tersikap, dan tetap mami tidak
menghiraukannya.
Dia masih menganggap saya anak kecil yang seperti dulu. Tidak sadarkah
dia bahwa saya sudah 16 tahun, dan saya sedang mengalami masa pubertas
pertama. Sekarang keadaan semakin tidak karuan, dan timbul dalam pikiran
saya untuk melanjutkan lebih jauh lagi dengan sedikit menggeser
dasternya memakai paha saya. Dan alangkah terkejutnya saya bahwa mami
tidak mengenakan celana dalam. Terlihat gundul di bagian bukit
kemaluannya.
Ternyata mami sangat rajin mencukur bulu kemaluannya, maklum dia sangat
pembersih. Dengan pura-pura tidak tahu, saya menggeser lagi piyama yang
saya pakai. Tersingkap dan terbebaslah penis saya. Dengan sedikit
berpura-pura lagi, saya mengambil bantal yang ada di seberang mami, dan
secara otomatis batang kemaluan saya menempel persis di samping
vaginanya.
Setelah saya mengambil bantal saya tidak kembali lagi dengan posisi pertama, dan pura-pura bertanya.
“Serius kali Ma bacanya..!”
“Iya.., ini ceritanya lagi seru dan menarik.” katanya seakan tidak ada larangan darinya ketika saya sudah mulai jauh bertindak.
Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya. Meskipun
batang kemaluan saya sudah langsung menempel persis di pinggir
vaginanya, mami tidak merasakannya atau berpura-pura. Itulah yang
berkecamuk dalam pikiran saya.
“Ah, bodoh amat..!” pikir saya waktu itu.
Dengan telaten saya terus menggesekkan, dan ternyata mami tahu kalau
saya agak susah atau memang mami mau memiringkan badannya. Dengan posisi
tadi mungkin mami pegal, kemudian mami meletakkan novel di bantal, dan
otomatis dia semakin miring posisinya. Mami tidak berkata apa-apa
sewaktu dia memiring sedikit lagi yang bertepatan dengan penis saya yang
sudah tegang dari tadi seperti sebuah batang kayu.
Sepertinya mami maunya tidak disengaja, atau mami juga menikmatinya.
Sekarang tepatlah sudah batang kemaluan saya di belahan vaginanya dengan
posisi saya masih memeluk bantal yang membatasi saya dengan buah
dadanya.
Saya sangsi kalau mami tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi
tidak ada tanda-tanda mami melarang perbuatan saya. Sedikit demi sedikit
saya menggesek-gesek terus batang kemaluan saya, dan terkuaklah bibir
vaginanya. Terasa agak berlendir dan licin vaginanya, dan saya yakin
mami pasti menikmati, tapi anehnya mami masih tetap serius membaca
novel. Tidak saya hiraukan mami lagi sedang apa. Kemudian dengan sabar
saya menggesek-gesekkannya lagi, dan terasa kepala penis saya mulai
menerobos bibir vaginanya. Itu semua saya lakukan tanpa berbicara, dan
seperti terjadi begitu saja, mungkin mami malu melakukan secara
blak-blakan.
Dengan sedikit usaha saya memajukan pantat dan semakin nikmat rasanya,
tapi kok agak susah ya masuknya, dimana ukuran kemaluan saya 18 cm
panjangnya dengan diameter 3 cm. Tapi dengan dibantu cairan yang mulai
keluar dari vagina mami menolong batang kemaluan saya masuk ke dalam
dengan sedikit agak menggeser bantal yang saya peluk.
Setelah agak tersentak pantat saya, “Bless..!” masuk semua batang
kemaluan saya dan mendiamkan sebentar untuk melihat reaksi mami. Eh
ternyata mami masih tetap membaca novel yang ada di tangannya. Dengan
sedikit menarik pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya
miring semakin membuat kami erat terhubung. Tetapi saya belum berani
memeluk mami, terpaksa bantal lah yang menjadi pegangan saya. Terasa
batang kemaluan saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak dapat digambarkan
dengan kata-kata. Semakin lama penis saya semakin mudah saya
maju-mundurkan. Badan mami tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami
tetap dengan posisi semula.
Terasa sudah lama saya menggesek-gesek dan memaju- mundurkan batang
kemaluan saya di dalam vagina yang dulunya adalah tempat saya lahir.
Sudah 10 menit saya melakukannya, semakin licin vaginanya. Tercium bau
vagina yang menggairahkan, dan mulai terasa ngilu di kepala penis saya,
seperti mau meledak. Setelah sekali goyangan terakhir dan memasukkan
dalam-dalam, badanku terasa seperti kesetrum listrik yang bertegangan
tinggi.
“Coot.. crott.. croott..!” Saya peluk bantal kuat-kuat dan tetap
membenamkan batang kemaluan saya di dalam vaginanya, dan saya melihat
wajah mami agak berkerut menahan nikmatnya. Terasa batang kemaluan saya
seakan-akan dipijat dengan kuat, dan terasa ada yang menyiram dari dalam
vaginanya. Anehnya batang kemaluan saya tidak langsung lemas, tetapi
tetap tegang. Dengan sedikit waktu untuk istirahat, saya mendiamkan
batang kemaluan saya di dalam vagina mami selama 5 menit.
Setelah rasa ngilunya hilang, baru penis saya mengecil dan saya cabut
dari vaginanya. Saya melihat ke arah vaginanya, terlihat keluar sedikit
air mani saya dan meleleh di bibir vaginanya. Akhirnya mami bangkit dari
tempat tidur dan keluar dari kamar sambil berkata,
“Jach udah tidur-tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi janjimu kamu mau
bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau nyiapin
makanmu..!”
“Bret..!” pintu kamar tertutup setelah itu. Saya juga bangkit dari
tempat tidur dan langsung mandi. Selasai mandi saya memakai celana
pendek dan langsung menuju meja makan.
Saya mendapati mami sudah duduk menunggu saya untuk makan. Sewaktu makan
seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara kami. Setelah kejadian pagi
itu terjadi, tidak ada perubahan antara hubungan saya dengan mami.
Seperti biasanya, ayah saya telah kembali malam hari, tepatnya pukul 11
malam dan langsung tidur. Memang hal ini sudah merupakan kebiasaannya,
tidak pernah punya waktu untuk keluarga, padahal situasi seperti inilah
yang saya inginkan, dimana dapat berbincang- bincang dengan ayah atau
semua keluarga. Memang dalam berbisnis ayah saya terbilang orang nomor
satu di lingkungan saya.
Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke dalam kamar
saya karena kamar saya posisinya paling depan, sedangkan kamar mami
berada di tengah rumah, dan memiliki kamar membelakangi terbitnya
matahari. Terasa silau dengan sinar matahari membuat saya terbangun.
Saya pun keluar dari kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak
mengenakan apa-apa di baliknya. Terus saya lihat seisi rumah, ternyata
masih sepi. Saya lihat jam sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetulan
bulan ini adalah hari lmamir panjang untuk naik kelas, pada waktu itu
saya mau naik ke kelas 3 SMU.
Maksud hati sih masih mau tidur, tapi di kamar saya silau dengan sinar
matahari. Gimana ya, mami belum kelihatan, berarti belum bangun.
Terus saya berusaha melangkah ke dapur, ternyata juga belum saya jumpai,
berarti benar mami masih tidur di dalam kamarnya. Saya mengarah ke
kamar utama, ke kamar ayah dan mami yang lumayan besar. Saya langsung
saja mencoba membuka pintu dengan menekan gagang pintu, eh pintunya
tidak terkunci. Pelan-pelan saya buka pintu. Benar, terlihat mami masih
tertidur pulas, dan saya langsung masuk.
Saya menutup pintu kamar, takut nanti kelihatan pembantu, kan bisa
berabe. Kemudian saya mendekati tempat tidur mami, sekilas saya melihat
sekeliling kamar tertata rapi, mami memang terkenal suka bersih-bersih.
Dengan sedikit lembut saya menghempaskan pantat saya ke tepian tempat
tidur, dan sebentar saya perhatikan mami yang sedang tidur nyenyak.
Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya.
“Mami.. Mami.., bangun dong..! Udah jam 8 pagi nih..!”
“Ah.., entar aja Jach.., Mami lagi ngantuk nih..!”
Mendengar jawabannya, saya jadi ikut tiduran di tempat tidurnya. Dengan
sedikit iseng saya mulai kenekatan saya. Pelan-pelan tetapi pasti, saya
sikapkan daster mami dengan tangan. Oh.. oh.., dia tidak memakai CD
lagi, terlihat bersih vagina mami. Batang kemaluan saya berdiri tegak
dan langsung menyembul dari dalam piyama. Lima menit saya memandangi
kemaluan mami sambil mengelus-elus penis yang sudah mulai tinggi
tegangannya. Kemudian saya mulai memeluk mami dengan posisi mami miring
membelakangi saya. Sewaktu saya memeluk tubuhnya, dengan sedikit tenaga
saya menarik tubuh mami, dan ternyata mami tidak melawan dan mengikuti
kemauan saya. Sekarang mami menghadap saya sama seperti kemarin, hanya
kemarin mami dalam keadaan terbangun, membaca novel dan saya tidak
memeluk tubuhnya, tetapi sekarang saya memeluk tubuhnya.
Posisi dasternya agak tersikap lebih ke atas. Saya mencoba mencari
pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah tidak usah terbuka semuanya,
nanti takut mami marah pikir saya. Dengan posisi memeluk tubuhnya yang
susu kenyalnya mengenai dadaku, saya tidak berani membuka dasternya,
apalagi takut kedinginan gara-gara AC di kamar mami. Sekarang nafsu saya
sudah tidak tertahankan lagi, langsung saya arahkan batang kemaluan
saya ke bibir vaginanya, dan ternyata liangnya masih kering dan sedikit
agak susah masuknya. Terpaksa saya hanya menggesek-gesek saja bibir
kemaluannya.
Terlihat oleh saya vaginanya mulai mengembang dan mengeluarkan cairan,
langsung saja saya memasukkan penis saya. Sewaktu saya mendorong,
terpleset. Setelah dengan susah payah menggesek-gesek, terlihat bibir
vaginanya mulai mengeluarkan cairan sebagai pelumas. Mulai terasa
seakan-akan batang kemaluan saya mau ditelan habis oleh vaginanya,
dimana bibir vagina mami mulai kembang kempis.
“Ah.. ahk..!” geli sekali rasanya. Ingin rasanya saya memasukkan
cepat-cepat, tapi takut terpeleset lagi nanti. Memang agak kesulitan
saya memasukkan penis saya. Disaat saya mulai berusaha memasukkan lebih
dalam lagi, mami juga rupanya menikmati.
Dengan pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan memudahkan
penis saya masuk lebih dalam lagi. Dengan sekali dorong, “Bless..!”
masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya.
Saya diamkan agak lama dengan maksud mau melihat bagaimana reaksi mami.
Saya sengaja tidak mau menggoyangkan pantat saya, dan ternyata terasa
tanggung bagi mami. Kemudian dengan sedikit gerakan, mami
memaju-mundurkan pantatnya.
Melihat reaksinya, saya juga langsung memulai bergoyang dengan sedikit
kelembutan. Secara tidak langsung saya memeluk mami, dan mami masih
tetap menjaga sikap dengan tidak mau blak-blakan melakukannya. Tidak
perduli saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang
batang kemaluan saya mulai terasa mengalami tegangan tinggi.
Dengan posisi saya di atas mami yang dengan sikap merenggangkan kakinya
lebar-lebar semakin cepat saya memompa, dan sekali-kali mami mengikuti
irama dengan mengangkat pantatnya. Ada sekitar 20 menit saya
melakukannya dan mulai terasa geli di ujung penis saya, dan “Cret..
cret.. cret..!” saya tumpahkan semuanya ke dalam kandungan mami dimana
saya juga pernah dikandungnya. Saya diamkan selama kurang lebih 5 menit.
Karena takut mami merasa berat dengan badan saya, saya tetap memeluknya
dengan posisi miring sekarang, dan batang keamluan saya masih tetap
menancap di dalam vaginanya.
Setelah 10 menit terasa penis saya masih tegang. Kembali dengan sikap
yang sama kulakukan lagi sampai 3 kali hari itu. Setelah selesai saya
tertidur, dan sewaktu saya bangun mami tidak ada lagi.
Ketika saya cari-cari, dia sedang masak di dapur dan menegur saya.
“Udah mandi belon Jach..? Mandi gih..!” katany seakan-akan tidak ada
yang terjadi. Memang mami sangat menikmatinya, begitulah kami melakukan
hampir setiap hari dengan mami tetap menjaga sikap seakan tidak mau
melakukan.
0 komentar:
Posting Komentar